Dampak Positif Transmigrasi


 


Di era Orde Baru, Indra Giri Hilir (Inhil) irigasi lancar, swasembada surplus. Sampai-sampai orang Singapura beli beras ke Inhil

Indonesiainside.id, Jakarta – Jumlah penduduk di Pulau Jawa merupakan yang terbesar di Indonesia, sementara wilayahnya kecil dibanding pulau lain. Di sisi lain yang punya wilayah yang luas justru penduduknya sedikit.

Maka dari itu ada dilakukan pemindahan penduduk yang dari zaman Belanda juga sudah ada. Saat itu dilakukan untuk keperluan pekerja perkebunan seperti di Sumatera Utara.

Pada masa setelah kemerdekaan juga dilakukan hal yang sama, seperti ada Zaman Presiden Indonesia Kedua, Jenderal Muhammad Soeharto pada tahun 1960-an akhir. Program itu dinamakan transmigrasi dengan penduduk Pulau Jawa diberikan lahan di wilayah Indonesia lainnya.

Dalam perkembangannya program tersebut juga sampai ke Provinsi Riau. Setelah puluhan tahun berlalu, beragam manfaat dapat dirasakan dari program transmigrasi tersebut.

Sejarawan Riau yang juga Guru Besar Universitas Riau, Prof. Suwardi MS menyampaikan secara umum terasa ada tiga manfaat yang diperoleh program Transmigrasi tersebut.

Pertama, transmigran ini sangat membantu sekali karena dengan sendirinya membuka lahan dan hutan yang ada di Provinsi Riau. Pasalnya satu keluarga saat itu diberi 2 hektare hutan.

Yang kedua, manfaat transmigrasi ini cukup menggelitik, tapi jika dipikir-pikir memang ada benarnya juga. Manfaatnya yakni menambah populasi penduduk Riau yang saat itu masih sangat sedikit.

“Penduduk Riau dan Kepulauan Riau awal transmigrasi itu cuma 500 ribu jiwa. Setelah datang baru mencapai 1 juta lalu naik-naik terus hingga sekarang Riau penduduknya sudah 6 juta lebih,” ungkap dia kepada Indonesia Inside Network.

Ketiga, dulunya, penduduk Riau untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Saat itu ada programnya dalam rangka peningkatan sumber pertanian, bahan makanan, dan persawahan lalu dibuat irigasi.

Bahkan pernah swasembada dan surplus beras. Dan lebih dari itu juga sebagai daerah pengekspor beras. Salah satu daerah penghasil beras itu adalah Indragiri Hilir.

Hal tersebut terjadi saat era Orde Baru saat kepemimpinan Presiden Kedua Indonesia, Soeharto. Di Riau yakni di Indragiri Hilir kata Prof. Suwardi ada namanya Proyek Pasang Surut yang ditujukan untuk daerah rawa agar bisa menjadi penghasil dan lumbung padi. Itu kemudian dikembangkan juga dengan mendatangkan transmigran.

“Di Inhil dibuat parit-parit. Tanah raea atau gambut itu digali, dikeringkan lalu ditanam jadi sawah, mulai tahun 1969. Lalu dibuat irigasi yang lancar. Itu berhasil swasembada beras, inhil salah ekspor ke Singapura, orang sana beli beras ke Inhil,” sebutnya.

Pages